Kamis, 02 September 2010

Light and Color in Photography

Light is one of a photographer’s most important considerations. In fact, any photograph captures the effect of light on objects, whether taken in natural light or the warm glow of incandescent light. A photographer who understands how the eye and lens perceive the color spectrum can make full use of light in photography.
The Color Spectrum
Both the natural light of the sun and artificial incandescent light appear white to the naked eye. However, if you shine light through a prism, it splits into a rainbow of colors. This effect shows how the “color” white contains every shade in the color spectrum.

When light hits an object, the object absorbs some of the color spectrum and reflects back the rest of the colors. The portion of the color that is not absorbed by the object but reflected back to eye is the color that the object appears to the human eye. For instance, a white wall reflects most of the color spectrum black. So our eyes (and the camera lens) see white. While a red rose reflects the red portion of the color spectrum and absorbs the rest, a black object absorbs the entire color spectrum.
Natural Light in Color Photography
Natural light in photography is not as consistent as you may think. At different times of the day, different shades of the color spectrum dominate natural light. For instance, at midday, the blue portion of the color spectrum is dominant, producing a “cool” light. Color photography taken at midday produces the clearest, sharpest pictures in bright light.
In contrast, natural light at sunrise and sunset emphasizes the red portion of the color spectrum. Known as warm light in photography, sunrise and sunset light produces warmer pictures with a softer contrast.
Artificial Light in Photography
When photographers use artificial light in photography, the effect of the lighting depends on the type of bulb used. The warm dispersed glow of incandescent light produces an effect that is dramatically different from that produced by the sharp, narrow, focused beam of a street light.
Photographs taken with incandescent light often have a yellow tinge. A photographer can combat this tint in two ways. One method is to use a blue filter to offset the excessive yellowing. If you’re using a film camera instead of a digital one, you can use tungsten film that is designed for professional studio lights. Although it wasn’t intentionally designed with incandescent light in mind, tungsten film reduces the yellow tones so often found in indoor color photography.
Florescent lights produce a diffuse light that often translates into greenish tinges in color photography. Using a fluorescent or daytime filter helps remove this unappealing color.
Street lamps, like florescent lights, may cause a greenish tint in the resulting pictures. However, a photographer can use this effect to his advantage: in the darkness, this greenish quality can produce mysterious or ghostly effects.
Diffuse and Direct Light in Photography
The direction of light in photography is important: different angles of light produce different shadows, changing the appearance of your subject.
Light in photography may be diffuse or direct. Direct light, such as light from the noon sun, hits the subject from one direction. If you’re looking for high contrast between light and shadows, direct light is a good choice.
On the other hand, diffuse light hits the subject from several directions. Florescent lighting is one example of diffuse light in photography. The loss of contrast that diffuse light produces mutes colors and softens the image.
Digital Cameras and Light in Photography
Digital cameras come with specialized light settings. Here are some of the common settings:
  • auto: when you want the camera to adapt to changing light
  • cloudy: for outdoor use in cloudy or overcast skies
  • daylight or sunny: for outdoors and bright sunlight
  • flash: for taking pictures with the flash
  • fluorescent: for scenes lit by fluorescent lights
  • incandescent or tungsten: for incandescent lighting
  • manual: when you want to manage the lighting of each shot. This requires that the photographer aim the camera at white paper to change the lighting settings manually.
Color Photography or Black and White?
While lighting is important for color photography, it is even more important for black and white or sepia photography. While this fact seems counterintuitive, the lack of color means that the key feature of black and white photography is the contrast between light and shadow.
The basic rules of light in photography apply to black and white photos just as they do to color photography. For example, direct light creates a higher contrast than diffuse light. Because the contrast between light and shadow is much more obvious in black and white than in color photography, the photographer should opt for direct light when composing the shot.
»»  READMORE...

Jumat, 27 Agustus 2010

Belajar teknik dasar photography

Kalau kemarin kita sudah mengenal camera DSLR dan bagaimana cara bekerjanya, kali ini kita akan belajar beberapa pengetahuan dasar photography dengan menggunakan camera DSLR. Menfoto dengan camera DSLR tidaklah jauh beda dengan menfoto dengan camera compact/ point and shoot camera. Ibarat mobil yang memiliki transmission automatic, compact camera / point and shoot memilikki setting cahaya yang sudah diatur otomatis. Sedangkan camera DSLR memilikki setting cahaya dan lainnya yang bisa kita atur secara manual maupun otomatis.

Kalau sudah ada yang auto, kenapa harus pusing dengan setting secara manual?
Kalau anda mengharapkan foto yang anda jepret itu jelas, warnanya bagus, pixelnya tinggi, ya, fungsi auto sudah cukup kok,, kenapa pusing2… Tetapi kalau anda pengen memberikan sentuhan yang berbeda, membuat foto kita kelihatan beda dari yang lain, membuat foto menjadi sesuatu tidak bisa terlihat dengan mata manusia, maka anda harus melakukan setting secara manual,

Pernah complain dengan foto yang anda ambil itu blur(tidak jelas)? Warnanya tidak memuaskan? Lightingnya kelihatan aneh? Ada beberapa situasi, fungsi automation setting tidak bisa memberikan hasil yang terbaik, kalau anda menguasi teknik mengatur sendiri pengcahayaan, well, problem solved..


Three Main Gateway

Kalau kita belajar matematika, kita akan memulai dengan 4 dasar yaitu, +,-,x,/, di photography, kita memulai dengan 3 dasar mengatur cahaya yang masuk ke sensor ataupun lebih dikenal dengan three gateway of light, three methodology, dll. Ketiga hal itu adalah Shutter Speed, Aperture, dan ISO Speed (Sensitivitas Sensor terhadap cahaya)

Shutter Speed adalah kecepatan tirai penutup sensor. Semakin lambat tirainya bergerak, semakin banyak cahaya yang masuk ke sensor,. Shutter speed yang tinggi bisa menangkap object yang bergerak cepat dengan jelas, misalnya mobil yang bergerak, sedangkan shutter speed yang lambat, bisa merekam gambar dengan lambat, sedangkan benda yang bergerak bisa kelihatan motion-nya . Untuk pemahaman cahaya yang masuk melewati kecepatan shutter, kita bisa memakai analogi jendela dan pintu jendela. Ketika kita menekan tombol shutter, pintu jendela ini akan membuka, dan menutup kembali. Ketika pintu jendelanya dibuka secara lambat, cahaya yang masuk melewati kedalam ruangan semakin banyak daripada pintu yang dibuka dengan kecepatan tinggi.



Aperture adalah lubang cahaya yang masuk ke sensor. Ukuran aperture ditentukan oleh sebuah alat yang bernama diaphragm. Cahaya yang masuk masuk dari lens, bergerak melewati aperture sebelum masuk ke sensor. Fungsi sebenarnya ukuran besar kecilnya aperture adalah untuk mengatur kedalaman ketajaman gambar. Aperture yang kecil mempunyai ketajaman yang lebih dalam sedangkan aperture yang besar memiliki kedalaman yang tidak dalam, sehingga object yang berada diluar dari kedalamanan akan kelihatan kabur. Bagaikan mainan laser, semakin kecil lubang cahaya laser, maka semakin jauh laser bisa memantulkan cahaya, dan semakin lebar lubang cahaya, maka semakin tidak jauh laser bisa memantulkan cahayanya. Kita bisa mengunakan kembali analogi jendela dan pintu jendela diatas untuk pemahaman pengaturan cahaya lewat aperture. Kalau kecepatan pintu jendela membuka dan menutup kembali itu adalah shutter speed, maka jendela itu sendiri adalah aperture karena cahaya memasuki sensor lewat jendela itu. Semakin lebarnya jendela maka otomatis cahaya yang masuk lebih banyak dan begitu juga sebaliknya.



Satu hal yang akan selalu membingungkan pemula adalah besar aperture bukan ditentukan besar f number,, tapi sebaliknya. misalnya f 2.8 adalah aperture besar sedangkan f22 adalah aperture kecil..

Aperture Besar (f/5.6)


Aperture Kecil (f32)


Kombinasi antara shutter speed dan aperture adalah kunci untuk menentukan sebuah gambar itu memliki exposure yang tepat. Ketika berada di tempat yang terang seperti outdoor, kita bisa menggunakan shutter speed yang tinggi dengan aperture yang tinggi untuk mengurangi cahaya yang berlebihan masuk kedalam sensor supaya hasil dari foto tidak terlalu terang. Sedangkan ketika berada ditempat tidak terlalu terang seperti indoor, kita bisa menggunakan Aperture yang besar dan Shutter speed yang lambat. Namun shutter speed yang lambat sangat sensitive dengan pergerakan camera. Kamera yang bergerak saat shutter speed lambat berjalan akan menyebabkan gambar yang kabur. Di situasi seperti ini, penggunaan Tripod (alat tempat camera berdiri) atau kecepatan ISO bisa menjadi solusi.

ISO Speed adalah sensitivitas sensor terhadap cahaya. Penggunaan ISO yang tinggi bisa membantu sensor menrespon cahaya dengan lebih cepat, namun semakin tinggi ISO, akan menimbulkan noise. Noise membuat gambar kelihatan tidak jernih,.

three main gateway

Dengan kombinasi tiga pintu masuk cahaya, kita bisa mengatur settingan cahaya sesuai situasi dan kebutuhan kita dimana fungsi Auto kadang tidak bisa melakukannya dengan benar. Kalau kita melihat object lewat viewfinder yang merupakan refleksi dari cermin, bagaimana kita mengetahui sebuah settingan itu over exposure atau kekurangan cahaya. Biasanya di Viewfinder ada meteran cahaya untuk kita mengatur exposure yang tepat. Begitu juga kalau melakukan live view dari lcd secara langsung,, ada sebuah meter kecil terletak bagian bawah lcd atau bagian atas.



Masih banyak settingan dan teknik, kita akan membahas lebih lanjut disambungan topik ini.

Gambar diambil dari Wikipedia, www.imaging-resource.com, Enjoy! Discover the real joy of photography,
»»  READMORE...

LENSA

Lensa adalah material transparan (umumnya terbuat dari kaca atau plastik) yang memiliki dua permukaan ( salah satu atau keduanya memiliki permukaan melengkung) sehingga dapat membelokkan sinar yang melewatinya.
Ada 2 jenis lensa yakni : lensa cembung dan lensa cekung. Ciri-ciri suatu lensa cembung :
  • bagian tengah lensa lebih tebal dibandingkan bagian tepinya.
  • bersifat mengumpulkan sinar.
  • titik fokusnya bernilai positif.
Sementara ciri-ciri lensa cekung :
  • bagian tengah lensa lebih tipis dibandingkan bagian tepinya.
  • bersifat menyebarkan sinar.
  • titik fokusnya bernilai negatif.



Umumnya lengkung permukaan lensa mengikuti persamaan lingkaran sehingga letak titik fokus dapat ditentukan dengan mudah. Bayangan yang tajam dapat diperoleh dengan mudah dengan lensa semacam ini.


Lengkung permukaan yang tidak mengikuti persamaan lingkaran tentu saja tetap dapat membelokkan sinar; hanya saja letak titik fokusnya tidak menentu dan akibatnya bayangan yang terbentuk tidak tajam.
Berikut ini adalah contoh-contoh lensa cembung :
(1)
(2)
(3)
(4)
Perhatikan bagian tengah lensa lebih tebal daripada bagian tepinya !
Lensa (1) disebut lensa cembung-cembung(bi-convex), lensa (2) disebut lensa cembung-datar(convex-plano), lensa (3) disebut lensa datar-cembung(plano-convex), dan lensa (4) disebut lensa cembung-cekung(convex-concave).

Contoh-contoh lensa cekung :
(5)
(6)
(7)
(8)
Perhatikan bagian tengah lensa lebih tipis daripada bagian tepinya !
Lensa (4) disebut lensa cekung-cekung(bi-concave), lensa (2) disebut lensa cekung-datar(concave-plano), lensa (3) disebut lensa datar-cekung(plano-concave), dan lensa (4) disebut lensa cekung-cembung(concave-convex)
»»  READMORE...

Selasa, 24 Agustus 2010

Dasar Teknologi DSLR (Shutter Speed)


Dalam teknik fotografi kali ini saya akan membawakan artikel Dasar Teknologi DSLR. Langkah awal yang harus dipelajari untuk menguasai Kamera DSLR adalah Shutter Speed, Aperture/Diafragma dan ISO. Karena ketiga hal tersebut yang nantinya akan menghasilkan sebuah foto dengan komposisi dan tonal. Saya akan coba menjelaskan satu persatu mengenai tiga hal tersebut dengan berdasarkan ilmu teori yang saya miliki, maupun pengalaman selama menggunakan kamera DSLR.
Shutter Speed, merupakan kecepatan terbuka dan tertutupnya tirai. Kecepatan ini yang nantinya akan menentukan seberapa banyak sinar yang ditangkap. Berikut kecepatan Shutter speed yang terdapat pada sebuah kamera DSLR.


•    Bulb – artinya kecepatan terbuka dan tertutupnya tirai di tentukan sendiri oleh klik telunjuk kita pada shutter release. Sehingga bulb ini dapat menjadi alternative ketika kita tidak menemukan shutter speed yang disediakan oleh DSLR. Namun menggunakan bulb terkadang membutuhkan naluri yang kuat.
•    Slow Speed, adalah kategori kecepatan rendah dalam Shutter speed. Angkanya adalah mulai dari lebih dari 2 detik hingga seper tiga puluh detik (1/30s). Slow Speed biasanya digunakan pada saat kondisi objek, foreground maupun background minim cahaya. Namun ada resiko yang harus dibayar ketika menggunakan slow speed, penggunaan objek slow speed sebaiknya tidak pada objek bergerak dan untuk hasil maksimal, wajib menggunakan tripod / penopang sehingga gambar tidak shake / goyang. Namun beberapa fotografer justru memanfaat slow speed untuk menghasilkan sebuah foto yang bernilai seni tinggi, semisal digunakan untuk teknik panning pada sebuah kendaraan ataupun digunakan untuk membidik aliran sungai sehingga menghasilkan aliran sungai yang lembut bagaikan salju. Atau juga digunakan untuk menghasilkan sebuah laser / trail light dimalam hari. Ini salah satu gambr ketika saya menggunakan teknik slow speed di malam hari.







•    Fast Speed, merupakan kategori kecepatan tinggi dalam Shutter Speed. Angkanya dimulai dari seper empat puluh detik (1/40s) hingga lebih dari seper seribu detik (1/1000s). Fast Speed biasanya digunakan untuk objek dengan kondisi penuh cahaya dan berkecepatan tinggi, sehingga tidak diperlukan sesuatu untuk menopang kamera. Fast Speed sangat cocok digukanan untuk membekukan sesuatu, seperti lebah yang sedang terbang kesana kemari, seorang pembalap motor dengan kecepatan tinggi bahkan, ada kamera yang khusus diciptakan untuk menerapkan Fast Speed sehingga dapat membekukan sebuah peluru yang sedang melesat.
Demikian pembahasan pertama tentang shutter speed sebagai langkah awal untuk dapat menguasai Kamera DSLR. Selamat mencoba.
»»  READMORE...

Apa itu Diafragma ?

Di artikel kedua kali ini saya akan membahas tentang Diafragma atau Aperture atau juga Bukaan. Kalau Shutter Speed menentukan kecepatan membuka dan menutupnya sebuah tirai/rana, maka Diafragma atau Apeture ini adalah hal yang menentukan bukaan terhadap lensa.
Dalam beberapa hal, fungsinya sama dengan Shutter Speed, yaitu mengkondisikan didapatnya sebuah cahaya sehingga menghasilkan sebuah objek yang tidak over exposure / terlalu terang maupun under exposure / minus cahaya.

Setiap jenis lensa memiliki Diafragma yang tidak selalu sama. Tergantung apakah itu wide lense, zoom lense maupun tele. Dan terkadang level lensa itu sendiri menentukan fasilitas Aperture itu sendiri. Semisal dalam Canon biasanya Seri L memiliki Aperture lebih besar dibanding dengan Seri yang biasa pada lensa bermilimeter sama.
Apeture itu sendiri sangat berpengaruh terhadap ketajaman gambar pada Foreground, Background maupun objek itu sendiri. Atau bahasa fotografinya mempengaruhi Depth of Field / DOF / Ruang tajam pada foto yang dihasilkan. Untuk lebih jelasnya seperti ini, coba perhatikan gambar dibawah ini.
Anda melihat beberapa tahap bukaan yang terdapat pada lensa, dalam DSLR angka berbanding terbalik dengan bukaan, artinya seperti ini jika tertera angka pertama 1,4 itu artinya bukaan 1,4 adalah bukaan yang paling besar, dan jika tertera angka terakhir 16 maka itu adalah bukaan yang paling kecil.

Apa itu Diafragma ? teknik fotografi web desain grafis
Penjelasan sederhananya seperti ini, bukaan besar justru malah akan menghasilkan DOF / Ruang ketajaman yang kecil, misalkan diterapkan angka 1,4 maka akan menghasilkan ruang tajam yang kecil, dalam arti focus yang ditangkap oleh kamera mungkin hanya didapat pada objek itu sendiri, sementara foreground maupun background akan miss focus. Oleh karena itu, bukaan besar cocok untuk objek dekat dan makro, namun terkadang fotografer memanfaatkan bukaan besar untuk menghasilkan bokeh / bg-blur yang membuat sebuah foto menarik. Bukaan kecil justru akan menghasilkan DOF / Ruang ketajaman yang besar, misalkan diterapkan angka 22, maka akan menghasilkan ruang tajam yang besar. Dalam arti focus akan didapat pada foreground, background sekaligus objek. Nah, bukaan kecil sangat cocok untuk mengambil foto-foto landscape. Gambar berikut adalah contoh karya penulis dari penerapan DOF.

»»  READMORE...

ISO DSLR


sekarang kita akan membahas tentang penguasaan  DSLR. posting ini saya kutip dari Pak Yogi
Seorang Manager Pelatihan Web Training dan Online Strategi Cyber Business School di Bogor, seorang yang hobbies dalam bidang Fotografi.

Saat ini rata-rata kamera DSLR  memiliki ISO mulai dari 80 – 3200. Nah, ISO ini juga yang merupakan kelebihan teknologi DSLR dibandingkan dengan teknologi SLR sebelumnya, dimana ISO ini menggantikan ASA yang ada pada SLR.

Anda tentunya pernah memotret dengan menggunakan Film, nah ASA yang terdapat pada sebuah film tidak bisa dirubah. Artinya kepekaan film terhadap cahaya sangat bergantung pada jenis ASA itu sendiri. Karenanya terkadang anda harus merencanakan bahkan melihat situasi terlebih dahulu sebelum menggunakan sebuah film. Misalkan anda ingin melakukan pemotretan dipantai, dimana kondisinya terdapat pencahayaan yang penuh dari matahari langsung, maka tentunya anda akan memilih Film dengan ASA yang rendah, ASA 100 misalkan. Mengapa ASA 100, karena ASA seratus merupakan ASA yang kepekaan terhadap cahayanya rendah. Berbeda jika anda kemudian ingin melakukan pemotretan untuk momen pernikahan didalam gedung yang hanya mengandalkan lampu gedung. Anda tentu harus menggunakan film yang memiliki kepekaan cahaya yang tinggi, ASA 400 misalkan. Nah, inilah salah satu sebab yang membuat film dengan ASA 200 lebih laku ketimbang ASA 100 dan ASA 400, ya karena memang fil dengan ASA 200 ini memiliki kepekaan yang sedang, yang artinya dia masih cukup layak digunakan di kondisi penuh cahaya matahari langsung, maupun kondisi kurang cahaya atau didalam gedung (indoor).

Lalu bagaimana dengan ISO?. ISO merupakan fasilitas terbaik yang berhasil diciptakan dalam teknologi fotografi, karena dengan ISO ini, kepekaan film (dalam DSLR adalah sensor) tidak lagi bergantung pada film yang akan digunakan. Hal ini dikarenakan kamera digital khususnya DSLR menyediakan ISO yang siap untuk atur. Anda tidak lagi perlu melihat kedepan momen atau kondisi seperti apa yang akan anda abadikan, karena mudah pengaturannya bahkan anda dapat memotret didalam ruangan kemudian keluar ruangan tanpa harus mengganti Film. Bayangkan anda bisa memiliki kepekaan cahaya mulai dari 80 – 3200. Itu sama dengan anda memiliki film dengan asa 80, 100, 200, 400 ……3200. Ini yang membuat saya mengatakan teknologi terbaik dalam dunia fotografi.

Yang perlu anda ingat dalam menguasai ISO ini adalah sama seperti ASA, artinya anda harus menempatkan posisi ISO sesuai dengan kondisi yang ada. ISO ini juga merupakan senjata pamungkas ketika anda benar-benar kekurangan cahaya sementara shutter speed dan aperture sudah tidak memungkinkan lagi dieksplore. Namun ada resiko disini. Pada beberapa kamera DSLR menengah kebawah, ISO tinggi (mulai dari 400) besar kemungkinan terjadi Noise, karenanya harus hati-hati menggunakan ISO tinggi.

Baik demikianlah tiga langkah menguasai DSLR mulai dari mengenal shutter speed, aperture hingga ISO. Saya akan lanjutkan dengan langkah lainnya dilain waktu, terimakasih. Selamat mencoba.
»»  READMORE...

Senin, 23 Agustus 2010

High dynamic range imaging

high dynamic range imaging (HDRI or just HDR) is a set of techniques that allow a greater dynamic range of luminances between light and dark areas of a scene than normal digital imaging techniques or photographic prints - Wikipedia 

Sekarang saya akan sedikit menjelaskan tentang HDR tapi bukan berarti saya mahir dalam HDR tapi mari kita belajar bersama untuk bisa saling memahami apa arti dari HDR itu sendiri dan sedikit mengetahui kapan HDR itu muncul dan oleh siapa saja :
 1850
Ide penggunaan beberapa eksposur untuk memperbaiki berbagai terlalu ekstrim pencahayaan dirintis sejak tahun 1850-an oleh Gustave Le Gray untuk membuat lanskap laut menunjukkan baik langit dan laut. rendering tersebut tidak mungkin pada waktu itu menggunakan teknik standar, kisaran luminositas terlalu ekstrim. Le Gray digunakan satu negatif bagi langit, dan satu lagi dengan eksposur yang lebih panjang untuk laut, dan menggabungkan dua gambar tunggal dalam positif.

1930
Rentang dinamis tinggi pencitraan awalnya dikembangkan pada tahun 1930-an dan 1940-an oleh Charles Wyckoff. Wyckoff detil gambar tentang ledakan nuklir muncul di sampul majalah Life pada pertengahan tahun 1940-an. Wyckoff dilaksanakan nada remapping lingkungan lokal untuk menggabungkan lapisan film berbeda terpapar ke dalam satu gambar tunggal dari jangkauan dinamis yang lebih besar.


pemetaan nada manual terutama dilakukan dengan menghindari dan pembakaran - selektif meningkatkan atau menurunkan eksposur daerah foto untuk menghasilkan reproduksi nada suara yang lebih baik. Sebuah contoh yang bagus adalah foto "Schweitzer di Lampu" oleh W. Eugene Smith, dari tahun 1954 foto Man, A esai Mercy pada Dr Albert Schweitzer dan kemanusiaan di Afrika Perancis Khatulistiwa. Gambar membawa 5 hari untuk menghasilkan, untuk mereproduksi rentang tonal dari adegan, yang berkisar antara lampu terang (relatif terhadap lokasi kejadian) untuk bayangan gelap.

Ansel Adams ditinggikan untuk menghindari dan pembakaran sebuah bentuk seni. Banyak-nya yang terkenal sidik jari dimanipulasi di kamar gelap dengan dua teknik. Adams menulis sebuah buku yang komprehensif untuk menghasilkan cetakan yang disebut cetak, yang fitur dan menghindari pembakaran jelas, dalam konteks Sistem Zona Nya.

1980
Keinginan HDR telah diakui selama beberapa dekade, namun penggunaan yang lebih luas, sampai baru-baru ini, dilarang oleh keterbatasan yang ditetapkan oleh kekuatan pemrosesan komputer yang tersedia. Mungkin aplikasi praktis pertama adalah dengan HDRI industri film di tahun 1980-an dan, pada tahun 1985, Gregory Ward menciptakan Radiance RGBE format file gambar yang pertama (dan masih yang paling sering digunakan) HDR imaging format file.

Wyckoff konsep tentang pemetaan lingkungan nada diaplikasikan pada kamera video oleh kelompok dari Technion di Israel yang dipimpin oleh Prof YYZeevi yang mengajukan paten pada konsep ini pada tahun 1988. [18] Pada tahun 1993 kamera medis komersial pertama diperkenalkan yang dilakukan menangkap beberapa gambar real time dengan eksposur berbeda, dan menghasilkan gambar video HDR.

HDR imaging modern menggunakan pendekatan yang sama sekali berbeda, berdasarkan rentang membuat pencahayaan dinamis tinggi atau cahaya peta hanya menggunakan operasi citra global (di seluruh gambar), dan kemudian nada pemetaan hasil ini. HDR global pertama kali diperkenalkan pada tahun 1993 menghasilkan teori matematika dari gambar berbeda terpapar dari subjek yang sama yang diterbitkan pada tahun 1995 oleh Steve Mann dan Rosalind Picard. 1997 Dalam teknik global-HDR beberapa kombinasi berbeda gambar terkena untuk menghasilkan gambar HDR tunggal telah disampaikan kepada masyarakat komputer grafis oleh Paul Debevec.

Metode ini dikembangkan untuk menghasilkan gambar rentang dinamis tinggi dari serangkaian foto yang diambil dengan berbagai risiko. Dengan meningkatnya popularitas kamera digital dan perangkat lunak yang mudah digunakan desktop, HDR istilah sekarang populer digunakan untuk merujuk kepada proses ini. Teknik komposit berbeda dari (dan mungkin kualitas yang lebih rendah atau lebih besar dari) produksi gambar dari eksposur tunggal dari sensor yang memiliki rentang dinamis tinggi asli. Nada pemetaan ini juga digunakan untuk menampilkan gambar HDR pada perangkat dengan rentang dinamis asli rendah, seperti layar komputer.
[Sunting] 1996

Steve Mann dikembangkan dan dipatenkan metode global-HDR untuk menghasilkan gambar digital memiliki diperpanjang rentang dinamis di MIT Media Lab.  melibatkan prosedur dua-langkah:
1) menghasilkan suatu titik gambar array tunggal floating global-satunya gambar operasi (operasi yang  
    mempengaruhi semua pixel identik, tanpa memperhatikan lingkungan lokal mereka), dan kemudian
2) mengubah gambar ini array, menggunakan pengolahan lingkungan lokal (nada-pemetaan ulang, dll), menjadi
   gambar HDR. Array gambar yang dihasilkan oleh langkah pertama proses Mann disebut gambar "lightspace", "gambar lightspace", atau "peta cahaya". Manfaat lain dari pencitraan global-HDR adalah bahwa ia menyediakan akses ke intermediate atau pancaran cahaya peta, yang telah digunakan untuk visi komputer, dan operasi pengolahan gambar lainnya

1997
Pada tahun 1997 ini menggabungkan beberapa teknik berbeda terpapar gambar untuk menghasilkan gambar HDR tunggal telah disampaikan kepada publik oleh Paul Debevec..

2005
Photoshop CS2 memperkenalkan HDR Gabung ke fungsi
Dalam banyak hal, Photoshop CS2's fungsi HDR adalah suci grail rentang dinamis. Dengan benar ditembak dan diproses file ini memungkinkan fotografer untuk dengan mudah membuat gambar yang sebelumnya tidak mungkin, atau setidaknya sangat sulit untuk dicapai. Tapi, baik karena, seperti senjata atau tenaga nuklir, dapat menjadi kekuatan untuk jahat serta baik.

Tidak setiap gambar harus memiliki 10-15 berhenti dari jangkauan dinamis. Bahkan, foto yang paling terlihat cukup bagus, terima kasih banyak, dengan 5-7 berhenti dari jangkauan dinamis yang kita terbiasa. Aku benar-benar berharap untuk melihat beberapa benar-benar konyol jika tidak benar-benar jelek gambar di bulan depan, sebagai fotografer mereka mendapatkan salinan Photoshop CS2 dan mulai menemukan apa fungsi HDR mampu.

Namun, seperti halnya dengan semua alat seperti [sic], di tangan seniman dan pengrajin sensitif kompeten, saya yakin bahwa kita akan mulai ditampilkan dunia dalam cara-cara baru dan menarik.
 Dalam pengolahan citra, komputer grafis, dan fotografi, rentang dinamis tinggi imaging (HDRI atau hanya HDR) adalah seperangkat teknik yang memungkinkan rentang dinamis yang lebih besar dari luminances antara ringan dan daerah gelap dari suatu gambar dari standar teknik digital imaging atau fotografi metode . Rentang dinamis yang lebih luas ini memungkinkan gambar HDR lebih akurat mewakili berbagai tingkat intensitas yang ditemukan dalam adegan nyata, mulai dari sinar matahari langsung ke cahaya bintang samar-samar.

Dua sumber utama adalah citra HDR rendering komputer dan penggabungan beberapa foto, yang terakhir yang pada gilirannya individu rentang dinamis disebut sebagai rendah (LDR) atau rentang dinamis standar (SDR)  foto.

teknik pemetaan Nada, yang mengurangi kontras secara keseluruhan untuk memfasilitasi menampilkan gambar HDR pada perangkat dengan rentang dinamis yang lebih rendah, dapat diterapkan untuk menghasilkan gambar dengan kontras berlebihan diawetkan atau lokal untuk efek artistik.
 
Berikut sedikit contoh hasil dari HDR yang saya buat sendiri :





Kontras pengurangan (Contrast reduction)
Gambar HDR dengan mudah dapat diwakili pada perangkat LDR umum, seperti monitor komputer dan cetakan foto, hanya dengan mengurangi kontras, sama seperti semua perangkat lunak editing gambar yang mampu melakukan.

Kliping dan mengompresi rentang dinamis (Clipping and compressing dynamic range)
Adegan dengan rentang dinamis yang tinggi sering diwakili pada perangkat LDR oleh tanam rentang dinamis, memotong tergelap dan rincian terang, atau alternatif dengan kurva konversi S bahwa kompres semakin kontras dan lebih agresif dalam menyoroti dan bayangan sementara meninggalkan bagian tengah rentang kontras relatif tidak terpengaruh.

Nada pemetaan (Tone mapping)
pemetaan Nada mengurangi rentang dinamik, atau rasio kontras, dari keseluruhan gambar, sementara tetap mempertahankan kontras lokal (antara piksel tetangga), memasuki penelitian tentang bagaimana mata manusia dan korteks visual melihat adegan, mencoba untuk mewakili seluruh rentang dinamis sementara tetap mempertahankan realistis warna dan kontras.
Pengolahan gambar dengan nada terlalu banyak pemetaan memiliki rentang mereka atas-terkompresi, menciptakan rendering rendah rentang dinamis-sureal dari adegan tinggi-dinamis-jangkauan
»»  READMORE...